Senin, 26 April 2010

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI LAS


Teknik las telah dipergunakan secara luas dalam penyambungan batang-batang pada kontruksi bangunan baja dan kontruksi mesin. Luas penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin yang di buat dengan mempergunakan teknik penyambungan ini pekrjaan akan lebih ringan,cepat dan hemat (murah).
1.1 Ruang lingkup dan Definisi
Lingkup dalam penggunaan teknik ini sangat luas, meliputi ; Perkapalan, Jembatan, Rangka baja, Bejana tekanan, Pipa pesat, Pipa saluran, Kendaraan rel, dan lain sebagai nya.
Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga di pergunakan untuk reparasi, misalnya; untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah halus dan macam-macam reparasi lain nya. Pengelasan sendiri bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi yang lebih baik.
Prosedur pengelasan kelitannya sederhana , tetepi sebenar nya didalam nya banyak masalah-masalah yang harus di atasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu pengetahuan pengelasan sangat penting sekali. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksankan dalam keadaan lumer atau cair.

1.2 Sejarah Pengelasan
Asal mula las untuk menyambung logam berada jauh di abad perunggu dan sulit dilacak kapan istilah las mulai dipakai. Pada tahun 3000 SM, bangsa Mesopotamia telah menerapkan proses solder lunak.tanduk rusa disolderkan sebagai relief hiasan. Dua ratus, solder perak kemudian dipakai dalam pembuatan vas bunga di Entemene.
Beberapa ahli sependapat bahwa 4000 tahun yang lal bangsa Mesir telah mengenal cara menyambung logam dengan proses pemanasan dan penekanan. Salah satu bukti ditemukan di Lembah daerah kerajaan pada tahun 1922 yang mengisyaratkan bahwa peti jenazah Raja Tutankhamen diperkirakan dibuat sekitar tahun 1360 SM dengan melibatkan proses pengelasan. Proses yang dilakukan pada saat itu adalah proses las tempa.
Alat-alat las busur dipakai secara luas setelah saat alat tersebut digunakan dalam praktek oleh Bernades dalam tahun 1885. Dalam penggunaan yang pertama Bernades memakai elektroda yang terbuat dari batangg karbon atau grafit. Dalam tahun 1889 Zerner mengembangkan cara pengelasan busur yang baru dengan menggunakan busur listrik yang dihasilkan oleh 2 batang karbon. Dalam tahun 1892 Slavinoff adalah orang pertama yang menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi. Disamping penemuan slavinoff dan kjellberg dalam las busur dengan elektroda terbungkus seperti diterangkan di atas, dalam tahun 1886 Thomson menciptakan proses las resistansi listrik, Goldschmitt menemukan las termit dalam tahun 1895 dan dalam tahun 1901 las oksi-asetielin mulai digunakan oleh Fouche dan piccard. Dan sekitar pada tahun 1900, pada saat itu lah disebut masa keemasan pertama untuk pengelasan logam. Pada tahun 1926 masa keemasan yang kedua muncul degan ditemukan nya las hidrogen atom oleh Lungumir, las busur logam dengan pelindung gas mulia oleh Hobart dan Dener.
Tahun 1950 terjadi masa keemasan ketiga yang masih terus berlangsung sampai sekarang, dengan ditemukan nya cara-cara las baru yaitu; las tekan dingin, las listrik terak, las busur dengan pelindung gas CO2, las gesek, las ultrasonik, las sinar elektron, las busur plasma, las laser dan masih banyak lagi.

1.3 Penggunaan dan Pengembangan Teknologi Las
Las busur logam tidak dapat diabaikan dalam perencaan banguna dan telah memberikan sumbangandalam memodernisasi bangunanbaja dimana lingkup pemakaiannya meliputi bidang-bidang perkapalan, kendaraan rel, jembatan, rangka baja, dan lain sebagainya. Pada tahap-tahap pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan pada sambungan-sambungan dan reparasi yang kurang penting. Tetapi setelah melalui pengalaman dan sering nya praktek, maka pengelasan pada masa sekarang sering digunakan, karena pada masa sekarang pengelasan sudah merupakan hal yang umum di semua negara.
Terwujudnya standar-standar teknik dalam pengelasan akan membantu memperluas lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan kontruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang telah dicapai sampai dengan saat ini teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri moderen.
Continue reading...

Jumat, 27 November 2009

PROSES PEMBUATAN KAPAL

PROSES PEMBUATAN KAPAL
Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara
pertama berdasarkan sistem, cara kedua berdasarkan tempat.
Proses pembuatan kapal berdasarkan sistem terbagi menjadi tiga macam:
1. Sistem seksi
2. Sistem block seksi
3. Sistem block
Pengertian seksi, block seksi dan block.
1. Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi dari tubuh
kapal dibuat seksi perseksi. (perbagian)
contoh: seksi bulkhead (sekat kedap air)
Gambar 1.1: Seksi bulkhead
Keuntungan dan kerugian sistem seksi:
Keuntungan:
a. Tiap seksi dapat dibangun dalam waktu yang bersamaan tergantung kapasitas kerja
bengkel.
b. Waktu pembangunannya lebih pendek.
c. Kualitas produksi lebih unggul disbanding sistem konfrensional.
d. Mutu dari tiap seksi dapat dikontrol secara rinci.
Kerugian/kekurangan sistem seksi:
a. Kekuatan pada kapal tergantung pada perencanaan pembagian badan kapal menjadi
beberapa seksi dan juga teknik penyambungan antara dua buah seksi.
b. Pengerjaan lebih sulit karena dalam proses penggabungan antara seksi memerlukan
ketepatan ukuran yang prima.
2. Sistem block seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagianbagian konstruksi dari
kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksiseksi sehingga membentuk block seksi, contoh
bagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung dan bulkhead dibuat menjadi satu block seksi.
3. Sistem block adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi beberapa block,
dimana tiap-tiap block sudah siap pakai. (lengkap dengan sistem perpipaannya).
Pada bagian desain mencakup pekerjaan-pekerjaan antara lain penggambaran bagian-bagian
konstruksi dan perhitungan atau perancangan–perancangan, selanjutnya gambar rencana gadinggading
skala 1 : 1 di mould Loft, penandaan dalam proses pembuatan kapal dilakukan di
bengkel. Berdasarkan tempatnya, pembuatan kapal dibagi menjadi dua macam:
a. Fabrication adalah semua pekerjaan pembuatan kapal yang dikerjakan diluar tempat
peluncuran dimana badan kapal dimasukkan dalam air.
b. Erection adalah semua pekerjaan pembuatan kapal yang dikerjakan di tempat dimana
kapal akan diluncurkan. Dalam hal ini pembuatan baik berupa seksi, block seksi, dan
block semuanya dilakukan/dikerjakan di tempat tersebut.

TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KAPAL
Dalam pembangunan kapal selalu mengikuti pentahapan sabagai berikut:
1. Tahap Pembuatan Awal.
Dalam tahap ini pekerjaan yang utama adalah pembentukan pelat yang dilakukan dengan
pembersihan, penandaan, pemotongan, pembengkokkan, dan lain sebagainya.
2. Tahap Perakitan Awal.
Sebagian dari pelat dinding setelah dibuat biasanya langsung dikirimkan ke tempat
perakitan. Tetapi konstruksi dalam seperti kerangka geladak atau dasar biasanya dirakit
tersendiri lebih dahulu dalam tahap perakitan mula atau awal. Dalam tahap ini biasanya
digunakan cara pengelasan tangan, pengelasan gaya berat, pengelasan rendam dan
sebagianya. Apabila kapal kayu maka dilakukan proses penyambungan atau pengeleman.
3. Tahap Perakitan.
Ada tahap perakitan semua komponen baik yang datang dari pembuatan maupun dari
perakitan awal dirakit menjadi kotak-kotak perakitan (dilas/dilem atau penyambungan).
Pada kapal baja penyambungan antara kotak-kotak perakitan dilakukan dengan
menggunakan las busur rendam otomatis. Dalam hal mengikat kerangka dan pelat
dinding digunakan las tangan atau las gaya berat dengan elektroda khusus untuk
pengelasan datar. Disamping cara pengelasan diatas digunakan juga cara lain tergantung
dari bagian-bagian yang disambung dan posisi pengelasannya.
4. Tahap Pembangunan.
Kotak-kotak yang sudah dirakit kemudian disusun diatas galangan dengan bantuan mesin
angkat (crane). Setelah diatur kotakkotak tersebut kamudian dilas dengan menggunakan
dua macam cara pengelasan baik dengan las biasa maupun dengan las otomatik khusus.
Gambar 2.1: Proses Pembuatan Kapal
Sesuai dengan fungsinya untuk membangun kapal, maka sebuah gakangan
kapal pada umumnya memiliki peralatan-peralatan seperti terlihat pada
gambar 2.2 dan gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.2: Denah pelataran galangan kapal yang umum.
Gambar 2.3: Denah peralatan dari galangan kapal

MOULD LOFT
Mould loft adalah menggambar bentuk badan kapal maupun dalam skala 1:1 pada lantai gambar,
meliputi gambar seluruh gadinggading kapal dan perletakan senta, serta gambar bentangan dari
pelat kapal.
Fasilitas yang dibutuhkan:
- Sebuah lantai gambar yang terbuat dari papan dengan dasar warna yang agak gelap,
misalnya hijau dan harus terlindungi dalam gedung.
- Material-material pembuat rambu, yang biasa dipakai adalah kayu plywood, tripleks,
kertas film/transparan dan bilah kayu yang mudah dilengkungkan.
- Besi dan ganjal pemberat.
- Alat-alat gambar misalnya penggaris, jangka, meteran dll.
- Sipatan, yaitu benang yang dipergunakan untuk membuat garis lurus dengan cara
menghentakkannya, sehingga akan meninggalkan suatu garis lurus karena benang diberi
zat pewarna (cairan lem putih atau warna lain).
- Alat tulis cairan pewarna.
- Alat-alat perkayuan misalnya mesin bor, mesin potong, palu dan paku.
Tujuan Penggambaran Skala 1:1
Dengan tergambarnya bentuk badan kapal/konstruksi kapal dalam skala 1:1 maka akan
didapat bentuk badan kapal yang akurat dan ukuran konstruksi kapal yang tepat, sehingga dalam
proses pembangunannya segala ukuran yang terpakai sudah tepat dan tidak ada kesalahan bentuk
maupun ukuran. Hal ini sangat diperlukan oleh pihak pelaksana, untuk menunjang kemudahan
pelaksanaan dan kualitas hasil pekerjaan.
Dari hasil penggambaran berupa bentuk-bentuk dan ukuran yang sebenarnya, akan
dipindahkan dalam bentuk mal/template yang lengkap dengan data-data ukuran serta data-data
yang lainnya, yang akan diserahkan ke bagaian fabrikasi untuk dibuatkan komponen-komponen
sesuai bentuk dan ukuran pada template masing -masing.
Dalam penggambaran bentuk badan kapal sesungguhnya, tidak selalu sepanjang ukuran
kapal seluruhnya, terutama untuk daerah tengah (parallel middle body). Hal ini dilakukan untuk
penghematan tempat, pekerjaan. Dapat pula gambar-gambar digambar secara menumpuk, untuk
mengatasi kesulitan membaca gambar yang menumpuk maka digunakan warna cat yang berbeda.
Gambar-gambar pada mould loft:
1. Lines plan.
2. Bentangan/bukaan kulit.
3. Segala detail konstruksi yang diperlukan.
4. Dan gambar lain yang dianggap diperlukan, karena kesulitan pembuatan mal bila tidak
disediakan gambar ukuran sebenarnya.

SUB ASSEMBLY
Tugas dari bagian sub assembly adalah menggabungkan beberapa komponen kecil menjadi
komponen block antara lain:
- Pemasangan stiffener pada pelat sekat.
- Pembuatan Wrang.
- Penyambungan dua lembar pelat atau lebih.
- Membantu tugas bagian assembly.
Fitting.
Pemasangan stiffener pada pelat sekat:
- Stiffener diletakkan pada posisinya dengan tanda yang ada di pelat.
- Diadakan las ikat.
- Setelah tepat diadakan pengelasan menyeluruh.
Secara garis besar bagian Sub Assembly dibedakan menjadi dua bagian:
a. Fitting (penyetelan)
b. Welding (pengelasan)
Sedangkan bagian Assembly dibagi menjadi:
a. Plate Joinning
b. Fitting
c. Welding
d. Pointing
Sub Assembly/Assembly
Fitting : Penyetelan bagian-bagian yang akan disambung hingga sesuai dengan tanda yang telah
ada sebelum dilaksanakan pengelasan.
Welding : Proses penyambungan material baik 2 atau lebih secara manual, semi otomatis dan
otomatis.
a. Manual Electric Welding
Penyambungan 2 logam sengan cara memanaskan hingga melebur menjadi satu dab
sebagai logam pengisis diambil dari elektroda, pengoperasian dengan tangan.
Penggunaan manual electric welding ini untuk menyambung komponen konstruksi yang
terletak dalam posisi yang tak dapat dicapai oleh penggunaan peralatan las yang otomatis.
b. Automatic Electric Welding
Digunakan untuk mengelas benda-benda yang datar permukaannya dan cukup panjang
jarak pengelasannya.
c. Acetyline Welding
Penyambungan dua buah logam dengan jalan meleburkan kedua ujung logam dan diikuti
oleh pengisian kawat logam pengisi. Panas yang digunakan berupa campuran 02 dan gas
Acetiline dan dengan bantuan penekanan dan panas dari campuran atau nyala didua gas
tersebut, penggunaan las acetylene dalam proses assembly (sub assembly dan assembly)
ini hanya untuk pelat-pelat dengan ketebalan 6 mm. Pada pengelasn secara otomatis,
pasir yang digunakan sebagai pelindung adalah pasir OK FLOX.

ASSEMBLY
Pekerjaan yang dilakukan oleh bagian assembly adalah sebagai berikut:
- Penggabungan beberapa wrang.
- Penggabungan seksi menjadi sebuah blok.
- Penggabungan dua block (grand assembly)
Dari seluruh pekerjaan dibagian assembly akan diadakan pemeriksaan oleh badan yang
berwenang di perusahaan galangan maupun oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).
Bengkel -----QC-------- QA------ KI------ Ship Owner
Prosedur Pemeriksaan
Akibat pengelasan akan timbul penarikan (deformasi) biasanya deformasi ini yang diukur
adalah antara stiffener dengan stiffener atau antara penguat satu dengan penguat lainnya misal
jarak antara deck girder jarak perubahan maksimum 0,6 cm harus dilakukan perbaikan (biasanya
pemanasan). Tanda untuk margin (cadangan), Margin/cadangan adalah kelebihan pelat yang
diberikan pada setiap sambungan block atau sambungan-sambungan lain yang dianggap perlu,
umumnya ditulis + 20 + 30 + 10 dan sebagainya. Dimana pada rambunya sendiri (dari mould
loft) hanya ditulis sebagai berikut :
Sedangkan pada markingnya diberi kelebihan + 20 mm

ERECTION
Erection merupakan pekerjaan pembangunan badan kapal yang terakhir. Pada pekerjaan
ini blok-blok yang telah selesai dikerjakan oleh bagian assembly digabung (disambung/joint)
menjadi satu sehingga terbentuklah badan kapal keseluruhan. Dalam penggabungan block satu
dengan block lainnya diperlukan pekerjaan awal yaitu pemasangan kupingan, papan pranca,
penandaan dll.
Secara garis besar pekerjaan pada bagian erection dapat digolongkan sebagai berikut:
- Preparation, meliputi pekerjaan pemasangan kupingan, guide plate, marking dan
pemasangan papan-papan pranca.
- Adjusting, meliputi pekerjaan leveling, atau penyamaan, cutting of allowance.
- Fitting atau penyetelan dimana pada pekerjaan ini dibutuhkan peralatan seperti gerinda,
gajung dll. serta dilaksanakan pekerjaan heating untuk menghilangkan deformasi atau
tegangan sisa setelah terjadi pengelasan.
- Welding.atau proses pengelasan.
-
Pengecekan/pemeriksaan pada erection:
Structure check, welding, tekanan air dan udara untuk pengecekan tanki, ukuran kapal
serta painting check.
Di Indonesia, biasanya setelah kapal memungkinkan untuk diluncurkan, kapal
diluncurkan (tempat erection bisa digunakan untuk membangun kapal berikutnya), pekerjaan
selanjutnya bisa dilaksanakan di atas dok apung atau di dalam dok gali. Oleh karenanya
pengedokan tidak bisa kita lewatkan dalam pembelajaran modul ini.
Rencana pengedokan (docking plan)
Dalam pengedokan perlu merencanakan dengan baik meliputi:
1. Marking posisi ganjel dilantai dock.
2. Meletakkan ganjel-ganjel (umumnya tepat pada gading-gading, gading besar dan side
girder) dan juga harus tepat pada center kapal.
3. Menentukan ketinggian ganjel dan jarak antar ganjel.
4. Fitting.
5. Pemasangan stopper dengan kemiringan 60° sebelum dilaksanakn peletakan ganjel-ganjel
(no.2) maka dilaksanakan adjusting (pelurusan).
Gambar-gambar yang diperlukan:
1. Docking Plan
2. Working drawing (untuk pekerjaan lanjutan).
3. Marking list (untuk pekerjaan lanjutan).

Continue reading...

Kebakaran dan Pencegahan




Penggunaan isyarat Isyarat bahaya diatas kapal
Berdasarkan penggunaannya, maka isyarat bahaya di atas kapal dapat
dibagi atas :
(a). Isyarat bahaya bila terjadi kebakaran di atas kapal.
Isyarat bahaya bilamana terjadi kebakaran di atas kapal ditandai dengan
isyarat bunyi dengan menggunakan bel atau seruling dengan ciri tujuh kali
tiupan pendek dan satu kali tiupan panjang yang dilakukan secara terus
menerus. Setiap orang yang berada di atas kapal bila mendengan isyarat
bahaya kebakaran tersebut berkewajiban untuk melaporkan kepada mualim
jaga anjungan bila kebakaran terjadi pada bagian deck dan melaporkan
pada masinis jaga bila kebakaran terjadi di ruang mesin kapal. Setiap
perwira kapal berkewajiban untuk memantau perkembangan tempat
terjadinya kebakaran dan berupaya untuk melakukan tindakan pemadaman.
Upaya pemadaman dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemadam
api kecil atau dengan menggunakan alat pemadam api tetap dengan bantuan
serluruh anak buah kapal.
Cara lain yang digunakan dalam upaya melakukan tindakan pencegahan
terjadinya kebakaran diatas kapal adalah dengan menggunakan :
?
Alat deteksi panas ( Smoke Detector)
Alat deteksi asap adalah alat deteksi yang menggunakan asap dengan
memberikan sinyal ke alarm bahaya dengan cara mendeteksi adanya
asap yang berasal dari nyala api yang tidak terkendali.
?
Alat deteksi panas (Heat Detector).
Alat deteksi panas digunakan untuk memberikan peringatan awal
tentang adanya kebakaran. Prinsip kerja dari alat deteksi panas adalah
bekerja berdasarkan adanya temperature normal, temperature tiba-tiba
naik, menyebabkan rangkaian elektronis bekerja aktif.
??Alat deteksi nyala api (Flame Detector).
Alat deteksi panas ini ditempatkan pada tempat yang mempunyai
resiko bahaya kebakaran lebih besar dan dalam tempat yang
mempunyai resiko bahaya kebakaran yang besar.
c. Rangkuman
1. Isyarat bahaya bilamana terjadi kebakaran di atas kapal ditandai
dengan isyarat bunyi dengan menggunakan bel atau seruling dengan
ciri tujuh kali tiupan pendek dan satu kali tiupan panjang yang
dilakukan secara terus menerus.
4. Alat pengontrol suhu gas buang, suhu air pendingin dan suhu minyak
pelumas bekerja berdasrkan perbedaan gerak gaya listrik pada kedua
ujung kawat yang ditempatkan pada tempat yang akan diukur suhunya.
Perbedaan gerak gaya listrik ini, oleh sensor kemudian dikirim berupa
sinyal, yang kemudian menyebabkan alarm suhu gas buang air
pendingin, minyak pelumas pelumas berbunyi yang menandakan
bahwa suhu diantara alat tersebut tidak normal.
(1). Tindakan yang dilakukan bila mendengan alarm kebakaran di kapal
Adapun tindakan yang dilakukan bila mendengar alam kebakaran di kapal.
(a). Bagi penumpang adalah :
?
Bagi penumpang adalah bersikap tenang dan tidak panik.
?
Perhatikan instruksi atau perintah yang harus dilakukan yang
berasal dari perwira kapal.
?
Mengenakan alat keselamatan sesuai dengan instruksi perwira kapal.
?
Melakukan tindakan evakuasi sesuai dengan petunjuk perwira kapal.
(b). Bagi perwira kapal adalah :
?
Bersikap tenang dan tidak panic.
?
Melakukan tindakan pemadaman kebakaran.
?
Memberikan bimbingan atau petunjuk kepada semua penumpang
tentang tindakan darurat yang harus dilakukan.
?
Memberikan petunjuk tentang cara menggunkan alat keselamatan,
bilamana harus meninggalkan kapal.
c. Rangkuman
1. Tindakan yang dilakukan bila mendengar alam kebakaran di kapal
adalah bagi penumpang : bersikap tenang dan tidak panik, memrhatikan
instruksi atau perintah yang harus dilakukan yang berasal dari perwira
kapal, mengenakan alat keselamatan sesuai dengan instruksi perwira
kapal, melakukan tindakan evakuasi sesuai dengan petunjuk perwira
kapal.
2. Bagi perwira kapal adalah : Bersikap tenang dan tidak panik, melakukan
tindakan pemadaman kebakaran, memberikan bimbingan atau petunjuk
kepada semua penumpang tentang tindakan
darurat yang harus
dilakukan, memberikan petunjuk tentang cara menggunkan alat
keselamatan, bilamana harus meninggalkan kapal.

PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN KEBAKARAN
1. Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
nyala api sebenarnya suatu reaksi kimia dari 3 unsur yaitu bahan
bakar, panas dan oksigen. Reaksi dari ketiga unsur ini hanya akan
menghasilkan nyala api bila berjalan dengan cepat dan seimbang. Bila salah
satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan sendirinya
nyala api akan padam. Dengan demikian maka akan dapat
mencegah/menghindari terjadinya kebakaran dan bila terjadi kebakaran
maka dapat mengatasinya sesuai dengan standar dan prinsip-prinsip yang
benar.
(1). Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa nyala api sebenarnya adalah suatu
reaksi dari 3 unsur yaitu, bahan bakar (fuel), panas (energy) dan oksigen.
Reaksi dari ketiga unsur tersebut di atas hanya akan menghasilkan nyala
bila berjalan dengan CEPAT dan SEIMBANG. Bila salah satu unsur
ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan sendirinya nyala api
akan PADAM. Reaksi ketiga unsur tersebut digambarkan dalam satu segitiga
yang disebut : SEGI TIGA API.
Reaksi yang tergambar pada segitiga api adalah reaksi berantai yang
berjalan dengan seimbang. Bila KESEIMBANGAN reaksi tersebut
DIGANGGU maka reaksi akan terhenti atau api akan padam. Oleh karena itu
dasar-dasar dari sistem pemadam api sesungguhnya adalah: pengrusakan
keseimbangan reaksi api. Pengrusakan keseimbangan reaksi tersebut dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu :
(a). CARA PENGURAIAN: adalah suatu pemadaman api dengan jalan
MEMISAHKAN atau MENYINGKIRKAN bahan-bahan yang mudah
terbakar (lihat Gambar di bawah).
(b). CARA PENDINGINAN: adalah pemadaman api dengan jalan
MENURUNKAN PANAS, sehingga temperatur bahan yang terbakar
turun sampai di bawah titik nyalanya (lihat Gambar di bawah).
(c). CARA ISOLASI: adalah pemadaman api dengan jalan MENURUNKAN
KADAR OKSIGEN sampai di bawah 12%. Cara ini disebut juga
LOKALISASI, yaitu mencegah reaksi dengan oksigen (lihat Gambar di
bawah).
(2). Jenis-jenis Api
Berdasarkan bahan yang terbakar, api dibedakan menjadi beberapa jenis.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memilih alat pemadam yang TEPAT
untuk api tersebut, karena tidak sembarang api dapat dipadamkan dengan
alat pemadam yang sama. Jenis - Jenis api :
(a). API KLAS A adalah api yang berasal dari bahan yang mudah terbakar
seperti : kayu, kertas, tekstil dan sebagainya.
(b). API KLAS B adalah nyala api dari bahan minyak, solar, bensin dan
sebagainya.
(c). API KLAS C adalah api yang berasal dari arus listrik (Korsleting).
(d). API KLAS D adalah api yang berasal dari logam seperti titanium,
sadrium, dan sebagainya.
Berasal dari jenis-jenis api yang disebut di atas, nantinya suatu kebakaran
juga digolongkan sesuai dengan jenis apinya (lihat diktat Klasifikasi
Kebakaran dan Media Pemadam). Dengan mengetahui jenis api kebakaran,
maka dapat dipilih alat pemadam yang tepat. Karena kesalahan
penggunaan alat pemadam dapat lebih membahayakan, misalnya :
penggunaan air sebagai alat pemadam api adalah tepat untuk api klas A
saja. Untuk api klas lainnya (B,C dan D) kurang baik, bahkan untuk api klas B
justru membahayakan.
Susunan Konstruksi Kapal
Tujuan pembahasan ini ialah untuk menetapkan tingkat pencegahan
terhadap bahaya kebakaran yang dapat dilaksanakan, prinsip-prinsip di
bawah ini berdasarkan jenis kapal dan potensi bahaya kebakaran yang ada
seperti :
a. Pembagian kapal ke dalam wilayah vertikal pada batas thermal dan
struktural.
b. Pembatasan ruangan-ruangan akomodasi dari bagian kapal lainnya
dengan menggunakan pembatas thermal dan struktural.
c. Pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan yang mudah menyala.
d. Deteksi dari setiap tempat yang mungkin terjadi kebakaran.
e. Pembatasan dan pemadaman setiap tempat yang mungkin terjadi
kebakaran.
f. Perlindungan terhadap jalur penyelamatan atau jalan untuk pemadaman
dan kebakaran.
g. Kesiagaan alat-alat pemadaman kebakaran.
h. Mengurangi kemungkinan terbakarnya uap muatan yang mudah
menyala.
i. Definisi
??Bahan tidak mudah menyala, berarti bahan yang tidak terbakar atau
megeluarkan uap yang mudah terbakar dalam jumlah yang cukup
sehingga dapat menyala sendiri.
??Pengujian kebakaran baku, adalah pengujian dimana contoh dari
sekat/dinding atau geladak diuji di dalam tungku pengujian sampai
suhu yang setingkat dengan kurun waktu suhu baku.
??Contoh pengujian ini harus memiliki permukaan terbakar tidak
kurang dari 4,65M dan tinggi (panjang geladak) 2,44M yang mirip
sekali dengan konstruksi yang dimaksud, termasuk sambungannya.
??Pembagian kelas A Adalah pembagian-pembagian yang dibentuk
oleh sekat (dinding) dan geladak-geladak yang memenuhi hal-hal
tersebut di bawah ini :
??Harus dibuat dari baja atau logam sejenis.
??Harus diperkuat secara baik
??Harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
lewatnya asap dan lidah api sampai akhir pengujian baku
kebakaran selama satu jam.
??Harus diberi lapisan isolasi yang disetujui dari bahan yang tidak
mudah menyala sehingga rata-rata dari pada bagian yang
terbakar tidak akan naik lebih dari 139øC di atas dari suhu
semula, juga pada setiap sambungan, suhu tidak akan naik
sampai 180øC di atas suhu semula dalam jangka waktu yang
telah ditentukan Pemerintah yang bersangkutan dapat
menetapkan pengujian suatu prototip atau geladak untuk
menjamin penyesuaian dengan ketentuan-ketentuan di atas
dalam hal integritas dan kenaikan suhu.
??Pembagian Klas B adalah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh
sekat, geladak, langit-langit atau lapisan-lapisan yang sesuai dengan
hal-hal sbb :
1. Harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mampu mencegah lalunya
lidah api sampai akhir setengah jam pertama dari pengujian kebakaran
baku.
2. Harus memiliki kemampuan isolasi sedemikian rupa, sehingga suhu
rata-rata dari sisi yang tidak terbuka tidak akan meningkat lebih
dari 1390C di atas suhu semula, demikian juga suhu tidak akan
meningkat pada titik manapun, termasuk sambungan yang ada, lebih
dari 2250C di atas suhu semula dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
3. Harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar yang
disetujui dan semua bahan-bahan yang masuk kedalam pembuatan dan
pembangunan dari pembagian klas B harus dari jenis yang tidak
mudah menyala, kecuali dimana sesuai dengan bagian C dan D dalam
bab ini penggunaan bahan tak mudah terbakar tidak diharuskan, dalam
hal mana ia memenuhi batas suhu yang telah ditentukan.
Pemerintah yang bersangkutan dapat menentukan suatu pengujian atas
prototip sekat atau geladak guna menjamin bahwa ketentuan-ketentuan
di atas dalam hal integritas dan peningkatan suhu terpenuhi.
Pembagian Klas C, harus dibuat dari bahan baku yang tidak mudah
terbakar yang disetujui. Kelas C ini tidak harus memenuhi ketentuanketentuan
yang berkaitan dengan lewatnya asap dan lidah api atau
pembatasan peningkatan suhu.
c. Rangkuman
1. Keseimbangan reaksi berantai dari unsur-unsur segitiga api jika
diganggu, maka reaksi akan terhenti atau api akan padam.
2. Pengrusakan keseimbangan reaksi berantai dari unsur segitiga api dapat
dilaksanakan dengan tiga cara yaitu :
a. Cara penguraian adalah suatu pemadaman api dengan jalan
memusnahkan atau menyingkirkan bahan-bahan yang mudah
terbakar.
b. Cara pendinginan adalah pemadam api dengan jalan menurunkan
panas, sehingga temperatur bahan yang terbakar turun sampai di
bawah titik nyalanya.
c. Cara isolasi/lokalisasi adalah pemadaman api dengan jalan
menurunkan kadar oksigen sampai di bawah 12 %.
3. Jenis-jenis api ada 4 macam yaitu : api kelas A, B, C dan D
4. Pembagian kelas ruangan di atas kapal berdasarkan susunan konstruksi
dan bahan kapal ada 3 macam yaitu kelas A, B dan C.
2. Petunjuk- Petunjuk Keselamatan
(1). Tindakan Keamanan Di Kamar Mesin
a. Kamar mesin harus selalu dijaga kebersihannya. Minyak-minyak yang
menetes di bawah peralatan segera dibersihkan dan dikeringkan. Laplap
kotor bercampur minyak jangan diletakkan sembarangan. Sebaiknya
simpan di kotak besi yang tertutup rapat. Got-got harus sering di kuras.
b. Lakukan perawatan mesin/listrik dengan sebaik-baiknya. Jangan
melakukan perbaikan atau perubahan-perubahan alat yang mengandung
resiko. Alat yang sudah melampaui batas pemakaian sebaiknya cepatcepat
diganti.
c. Alat-alat pemadam api untuk mesin/listrik harus tersedia dengan
cukup. Sebelum berangkat berlayar sebaiknya memeriksa semua
peralatan dan sistem pemadaman di kamar mesin, yakinkan bahwa
semua dalam kondisi yang baik dan siap digunakan.
d. Bila melakukan percobaan (setelah selesai perbaikan) alat-alat
pemadam api dan petugasnya harus disediakan.
e. Larangan "DILARANG MEROKOK" harus benar-benar ditaati.
f. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengenal semua peralatan
mesin/listrik yang ada di ruangan, dan mengetahui dengan tepat
bahaya-bahaya apa yang dapat ditimbulkan oleh peralatan tersebut.
g. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengetahui sistem pemadaman
api yang digunakan, macam alat yang digunakan, lokasinya dan cara
bekerjanya. Dan harus mempergunakan alat-alat tersebut sewaktu-waktu
diperlukan. Pekerja yang masih dalam taraf latihan sebaiknya harus
selalu didampingi pekerja yang sudah berpengalaman.
h. Pekerja yang bertugas jaga harus melaksanakan kewajibannya dengan
baik. Lakukan pengontrolan dan pengecekan bekerjanya peralatan
sesering mungkin. Perhatikan sekeliling apakah timbul asap atau
mungkin tercium bau kabel yang terbakar, dan sebagainya.
i. Bila terpaksa melakukan perbaikan, sedangkan beberapa peralatan lain
masih bekerja, perhatikan tindakan-tindakan keamanan yang diperlukan.
j. Usahakan agar aliran udara/ventilasi kamar mesin bekerja dengan baik.
k. Bila ada kelainan-kelainan yang membahayakan, jangan ragu-ragu
untuk menyetop mesin, tetapi bila masih memungkinkan, agar laporkan
dulu keanjungan dan kepala kamar mesin.
l. Kabel-kabel listrik harus selalu dicek kondisinya, jangan sampai terjadi
korseleting.
m. Jangan biasakan menempatkan kain-kain lap di atas peralatan.
n. Jangan menyimpan benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar di
kamar mesin, kecuali minyak-minyak pelumas.
o. Pada kamar-kamar mesin modern yang memakai sistem remote control,
jangan hanya melakukan pemeriksaan di ruangan kontrol saja. Selama
mesin bekerja harus ada pekerja yang langsung memeriksa kamar mesin.
(2). Ruangan Akomodasi
a. Merokok di dalam ruangan harus hati-hati. Jangan merokok sambil
tiduran, dan buang puntung rokok yang sudah dipadamkan pada tempat
yang disediakan. Jangan sembarangan membuang puntung rokok yang
masih berapi keluar jendela.
b. Penghuni ruangan harus mengenal alat-alat pemadam di kamar dan
sekitarnya, serta mampu mempergunakan alat-alat tersebut pada saat
diperlukan.
c. Kebersihan ruangan harus dijaga. Jangan menempatkan barang-barang
(menggantungkan baju/celana) dekat kabel-kabel listrik.
d. Bila menggunakan alat-alat listrik (seterika, kipas angin dan sebagainya)
harus hati-hati. Jangan lalai mencabut stop kontaknya bila telah selesai.
e. Setiap akan tidur atau akan pergi keluar rungan, yakinkan bahwa
semuanya telah aman, tidak ada hal-hal yang dapat menimbulkan api
(korseleting).
(3). Ruangan Muatan Dan Penumpang
a. Pemadatan di palka kapal harus diatur sebaik-baiknya. Petugas yang
bertanggung jawab harus menguasai peraturan-peraturan tentang
muatan berbahaya, cara-cara pembungkusannya cara-cara memuatnya,
dan tindakan-tindakan pengamanan yang harus dilakukan.
b. Ventilasi udara harus diatur sebaik-baiknya. Pada kapal yang tonasenya
1500 ton atau lebih, palka kapal harus dilengkapi dengan termometer
pengukur suhu. Petugas yang bertanggungjawab harus sering
memeriksa ruangan palka tersebut.
c. Untuk kapal yang mengangkut muatan minyak harus dijaga jangan
sampai terjadi kebocoran pipa-pipa. Tumpahan minyak atau uapnya
merupakan hal yang berbahaya. Drum-drum maupun tempat berisi
minyak harus diikat dengan kuat, sehingga tidak ada kemungkinan
minyaknya tumpah.
d. Di kapal penumpang yang memuat penumpang, kepada penumpang
harus memberikan penjelasan hal-hal yang membahayakan keselamatan
bersama. Dan harus ada petugas yang selalu mengontrol dan
memperingatkan penumpang bila tidak mentaati larangan-larangan
yang diberlakukan. Bila perlu, penumpang dilibatkan dalam latihan.
e. Kapal-kapal khusus yang memuat barang berbahaya (kapal tanker,
kapal LPG) diwajibkan mematuhi peraturan maupun persyaratan
pencegahan bahaya sesuai konvensi International maupun peraturanparaturan
yang berlaku di negara-negara yang disinggahi/dilewati.
(4). Ruangan Masak / Dapur
a. Alat-alat pemadam api portable harus selalu disiapkan di dapur, dan
dijaga baik kondisinya. Pekerja di dapur juga harus mampu
menggunakan alat tersebut pada saat diperlukan.
b. Semua peralatan masak harus selalu dijaga kondisisnya. Khusus
peralatan masak yang modern, pekerja harus sudah menguasai prosedur
penggunaannya dan tindakan-tindakan keamanan yang diperlukan
harus dilaksanakan.
c. Penggunaan minyak harus hati-hati. Perhatikan temperatur minyak
dan hindari hal-hal yang berbahaya.
d. Larangan jangan merokok harus ditaati, jangan bekerja di dapur sambil
merokok.
e. Setelah selesai memasak dan ketika meninggalkan ruangan
(galley/pantry), yakinkan bahwa semua peralatan sudah aman.
c. Rangkuman
1. Dasar-dasar dari sistem pemadaman api sesungguhnya adalah
melakukan pengrusakan terhadap keseimbangan reaksi berantai dari
segitiga api. Ada 3 cara yaitu 1) Cara penguraian 2) Cara pendinginan 3)
Cara isolasi.
2. Berdasarkan bahan yang terbakar, api kebakaran di ruang mesin
termasuk kelas api kelas B.
3. Agar terhindar dari bahaya kebakaran, maka di setiap ruangan di atas
kapal harus memiliki petunjuk-petunjuk keselamatan.


3. Pengamanan Dini Sebelum dan Awal Terjadinya Kebakaran
(2). Sistem Deteksi Asap dan Kebakaran
Sesuai kemajuan teknologi yang demikian pesatnya, pada saat ini bahaya
kebakaran dapat dideteksi sedini mungkin dengan cermat sekali. Dan
berbagai macam alat deteksi bahaya kebakaran mulai dihasilkan dalam
berbagai tipe dan kemampuan yang menakjubkan dan didapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :
(a). Alat Deteksi Asap (smoke detector)
Alat ini mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila
terjadi asap di ruangan tempat alat ini di pasang. Karena kepekaannya
kadang-kadang disebabkan oleh asap rokok saja alat deteksi ini langsung
aktif.
Sebagaimana telah diketahui alat deteksi asap dapat memberikan sinyal ke
alarm bahaya dengan cara mendeteksi adanya asap yang berasal dari nyala
api yang tidak terkendali. Pada umumnya, alat tersebut prinsip kerjanya
berdasarkan 2 hal :
? Prinsip Ionisasi
Pada tipe ini cara mendeteksi asap menggunakan elemen radio aktif dan
dua elektroda (positif dan negatif), cara kerjanya adalah sebagai berikut :
1. Dalam kondisi normal, antara kedua elektroda timbul suatu medan
listrik.
2. Elemen radio aktif memancarkan radiasi ke arah medan listrik antara
dua elektroda, sehingga terjadi proses ionisasi, maka akibatnya akan
terjadi aliran listrik antara dua elektroda tersebut dan aliran listrik ini
masih kecil dan lemah sekali.
3. Bila antara elektroda tercemar oleh gas atau asap kebakaran maka
aliran listrik akan membesar sehingga cukup untuk mengaktifkan
rangkaian elektronismenya. Akibatnya lampu indikator akan
memberikan tanda bahaya (nyala padam) disertai bunyi alarm
bahaya.
? Prinsip Photo Elektrik.
Alat deteksi asap tipe ini menggunakan bahan bersifat photo elektrik
yang sangat peka sekali terhadap cahaya. Cara kerjanya adalah sebagai
berikut :
1. Dalam keadaan normal, bahan photo elektrik mendapat cahaya dari
lampu kecil yang menyala, sehingga bahan tersebut mengeluarkan
arus listrik. Arus listrik yang berasal dari bahan photo elektrik
tersebut digunakan untuk membuka suatu saklar elektronik.
2. Bila ada asap yang masuk maka cahaya akan terhalang dan bahan
photo elektrik berhenti mengeluarkan arus listrik. Akibatnya saklar
elektronik yang tadinya membuka menjadi menutup.
3. Menutupnya saklar elektronik akan mengakibatkan suatu rangkaian
penghasil pulsa listrik yang nantinya diteruskan ke lampu indikator
(tanda bahaya nyala padam) dan mengakibatkan tanda alarm bahaya
berbunyi.
(b). Alat Deteksi Nyala Api (flame detector)
Alat ini dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan
cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan oleh nyala api tersebut.
Pemasangan alat deteksi nyala api berlainan dengan alat-alat deteksi
sebelumnya. Pada umumnya alat deteksi nyala api dipasang di tempattempat
yang mempunyai resiko bahaya kebakaran yang lebih besar dan
dalam keaktifan pembakaran yang lebih cepat. Misalnya di tempat-tempat
penyimpanan barang-barang berbahaya, cairan-cairan yang mudah menyala
dan sebagainya. Prinsip kerjanya hampir sama dengan alat-alat deteksi
sebelumnya, bedanya terletak pada sensor yang dilakukan yaitu mendeteksi
terhadap sinar ultra violet yang terpancar dari api kebakaran.
(c). Alat Deteksi Panas (heat detector)
Alat ini dapat mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan cara
membedakan kenaikan temperatur atau panas yang terjadi di ruangan, yaitu
apabila temperatur ruangan naik sampai 500 – 600 C.
Seperti alat deteksi asap, alat deteksi panas digunakan untuk memberikan
peringatan awal adanya bahaya kebakaran, hanya saja deteksi panas
mendeteksi adanya bahaya dengan cara perbedaan panas atau temperatur.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut :
? Pada temperatur normal, tekanan udara di ruangan juga normal,
demikian juga tekanan udara di dalam alat tersebut. Pada kondisi
ini kontak listrik (semacam relay) tidak berhubungan/membuka.
? Bila temperatur tiba-tiba naik karena terjadi kebakaran, maka
tekanan udara akan cepat pula naik. Naiknya tekanan udara
menyebabkan terhubungnya kontak listrik dalam waktu sekitar 15
detik.
? Akibatnya rangkaian elektronik akan aktif bekerja, dan akan
menyalakan lampu indikator tanda bahaya, serta menghasilkan
sinyal untuk mengaktifkan alarm bahaya.
Selanjutnya bagaimana cara alat-alat deteksi di atas dapat memberikan
peringatan awal tentang adanya bahaya kebakaran dapat di lihat pada
Gambar di bawah.


Gambar : Sistem Deteksi Awal Bahaya Kebakaran
Prinsip kerja deteksi awal bahaya kebakaran sebagaimana tampak pada
gambar di atas adalah sebagai berikut :
??Alat-alat deteksi (A) mendeteksi adanya bahaya kebakaran dengan
macam-macam cara : deteksi asap, deteksi panas maupun deteksi nyala
api. Akibat dari bekerjanya alat-alat tersebut suatu sinyal listrik
dikirimkan ke bagian panel kontrol alarm bahaya (B), sebagai suatu input
data yang akan diolah lebih lanjut.
??Panel kontrol alarm bahaya (B) merupakan unit pengontrol yang akan
mengadakan pengolahan, seleksi dan evaluasi data. Hasilnya merupakan
output yang juga berisi informasi tentang lokasi kebakaran (bisa
disebutkan berupa nomor ruangan), sehingga dengan demikian petugas
mengetahui di ruangan mana terjadi kebakaran. Output dari unit kontrol
tersebut juga secara otomatis mengakibatkan bekerjanya peralatan di
pusat alarm (tanda bahaya berupa alarm, lampu, telepon dan
sebagainya).
??Setelah alarm bahaya berbunyi (C) dan lokasi kebakaran diketahui maka
petugas dapat segera melakukan tindakan pemadaman lebih lanjut. Bila
lokasi kebakaran sudah dilangkapi pemadam api otomatis, maka sinyal
dari unit kontrol dapat langsung megakibatkan bekerjanya peralatan
tersebut (misalnya sprinkler otomatis).
(2). Alarm Kebakaran Otomatis
Sesuai dengan perkembangan teknologi maka usaha pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran saat ini semakin meningkat, dengan
mengoperasikan peralatan-peralatan elektronik yang mutakhir (teknologi
komputer), suatu bahaya kebakaran dapat dideteksi sedini mungkin baik
setelh timbul nyala api yang tidak terkendali maupun waktu masih terjadi
perbedaan suhu yang dapat mengarah kepada terjadinya bahaya kebakaran.
Peralatan-peralatan dengan teknologi mutakhir tersebut dikombinasikan
menjadi suatu sistem deteksi awal bahaya api yang nantinya dapat secara
otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung mengaktifkan alat
pemadam.
Berdasarkan cara kerjanya maka peralatan pemadam api instalasi tetap
tersebut dapat di bagi menjadi 2 macam :
(a). Sistem otomatis
Pada sistem ini alat deteksi bahaya api selain mengaktifkan alarm bahaya
juga langsung megaktifkan alat-alat pemadam. Dengan demikian resiko
bahaya langsung ditangani sedini mungkin secara otomatis. Sedangkan
tenaga manusia hanya diperlukan untuk menjaga kemungkinan lain yang
terjadi.
(b). Sistem Semi Otomatis
Pada sistem ini hanya sebagian peralatan yang bekerja secara otomatis,
sebagian peralatan yang lain masih memerlukan tenaga manusia. Misalnya
alat yang bekerja secara semi otomatis adalah alat deteksi awal. Tindakan
pemadaman selanjutnya dilakukan seperti yang biasa, atau dapat
mengaktifkan sistem otomatis pemadam api.
Cara kerja peralatan pemadam api instalasi tetap di atas dapat diterapkan
untuk berbagai bahan pemadam api, baik air, busa, CO2 maupun dry
chemical dan gas halon.
Prinsip-prinsip Pencegahan Kebakaran
Kompetensi : Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran II - 26
Selanjutnya cara kerja di atas dapat digambarkan pada diagram berikut :
ALAT PEMADAM AKTIF
SISTEM START
MANUSIA
PANEL / ALARM
ALAT DETEKSI
ALAT PEMADAM AKTIF
SISTEM START
PANEL / ALARM
ALAT DETEKSI
SISTEM SEMI OTOMATIS SISTEM OTOMATIS
Gambar : Cara Kerja (Operasional) Pemadam Instalasi Tetap
Untuk selanjutnya kita simak rangkuman sistem deteksi dan alarm
kebakaran otomatis agar anda lebih mudah menangkap maknanya dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di atas kapal.
c. Rangkuman
1. Untuk mengetahui secara dini tentang adanya bahaya kebakaran di atas
kapal, umumnya sebuah kapal dilengkapi dengan alat-alat pendeteksi
asap (smoke detector), pendeteksi api (flame detector) dan pendeteksi
kebakaran (heat detector).
2. Sesuai dengan perkembangan teknologi mutakhir dalam pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran telah ditemukan sistem deteksi awal
bahaya api (early warning fire detection). Alat ini dia atas kapal dipasang
sebagai peralatan pemadam api instalasi tetap.






Continue reading...
 

Friends

Followers

Download vidio

Vidio lucu
film lucu
Koleksi bokep
bokeplucu

NAVAL07BLOG Copyright © 2009 Not Magazine 4 Column is Designed by Ipietoon Sponsored by Dezigntuts